Asal Usul Lebaran Betawi: Tradisi Silaturahmi dan Warisan Kuliner
- Home
- Asal Usul Lebaran Betawi: Tradisi Silaturahmi dan Warisan Kuliner

Asal Usul Lebaran Betawi: Tradisi Silaturahmi dan Warisan Kuliner
Asal Usul Lebaran Betawi: Tradisi Silaturahmi dan Warisan Kuliner Lebaran bagi orang Betawi bukan cuma soal baju baru, takbir keliling, dan ketupat sayur. Di balik gegap gempita Hari Raya Idulfitri, ada satu tradisi yang begitu melekat dan jadi kebanggaan warga asli Jakarta: Lebaran Betawi. Bukan hanya momen sakral, Lebaran Betawi juga menjadi ajang silaturahmi besar-besaran, pesta budaya, hingga pelestarian kuliner khas yang mulai langka.
Lalu dari mana asal-usulnya? Mengapa disebut “Lebaran Betawi”? Dan bagaimana tradisi ini tetap hidup di tengah modernisasi ibu kota?
Awal Mula Lebaran Betawi: Warisan dari Budaya Urban Pribumi
Akar Tradisi dari Era Kolonial
Tradisi Lebaran Betawi dipercaya mulai muncul sejak akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, ketika penduduk asli Batavia (nama lama Jakarta) mulai terbiasa dengan sistem pemerintahan dan budaya urban kolonial. Dalam kondisi sosial yang majemuk—antara Arab, Tionghoa, Belanda, dan pribumi—masyarakat Betawi mulai mengukuhkan identitas mereka melalui tradisi silaturahmi massal usai Idulfitri.
Pada masa itu, setelah sholat Ied, warga Betawi akan “nyambangi” atau mengunjungi keluarga, tetangga, tokoh masyarakat, dan bahkan warga kampung sebelah. Tradisi ini kemudian berkembang jadi ajang pesta rakyat lokal, dengan ciri khas pakaian adat, permainan tradisional, dan sajian kuliner khas Lebaran ala Betawi.
Nama “Lebaran Betawi” Muncul di Era 1970-an
Meskipun tradisinya sudah lama hidup, istilah “Lebaran Betawi” baru populer pada era 1970-an, saat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai menjadikan tradisi ini sebagai agenda budaya resmi. Tahun 1977, Gubernur Ali Sadikin saat itu, mendorong pelestarian budaya lokal termasuk kegiatan silaturahmi massal masyarakat Betawi pasca-Lebaran.
Dari sinilah muncul istilah “Lebaran Betawi”, yang kemudian dijadikan event tahunan khas Jakarta dengan berbagai pertunjukan seni, bazar kuliner, dan napak tilas budaya Betawi.
Tradisi Silaturahmi: Inti dari Lebaran Betawi
“Buka Kampung” dan “Open House” ala Betawi
Pada Lebaran Betawi, silaturahmi jadi kegiatan utama. Rumah-rumah dibuka lebar-lebar, bahkan pintu dan jendela sengaja dibiarkan terbuka sebagai simbol keterbukaan hati. Keluarga besar berkumpul, saudara jauh datang, dan tetangga saling bersalaman sambil menyantap kue khas.
Dalam budaya Betawi, momen ini disebut juga “buka kampung”, yang artinya satu kampung saling mengunjungi dari pagi hingga malam. Tak jarang satu rumah bisa dikunjungi puluhan orang, dan semua akan disambut hangat tanpa janji temu—cukup ketuk pintu dan ucapkan “Assalamualaikum”.
Tradisi “Mapar” dan Hormat ke Sesepuh
Tradisi “mapar” atau mengunjungi orang tua dan sesepuh adalah bagian sakral dalam Lebaran Betawi. Anak-anak muda wajib sowan ke orang tua, kakek-nenek, bahkan tetua kampung. Di sinilah nilai-nilai hormat, maaf-memaafkan, dan menjaga hubungan lintas generasi ditanamkan secara turun-temurun.
Biasanya, sebelum pulang, para tamu akan diberi “uang salam tempel”, terutama anak-anak. Ini bukan cuma hadiah, tapi simbol keberkahan dan doa dari yang lebih tua kepada yang muda.
Warisan Kuliner Lebaran Betawi yang Ikonik
Ketupat Sayur dan Semur Jengkol: Menu Wajib Meja Lebaran
Tidak lengkap rasanya bicara Lebaran Betawi tanpa menyebut ketupat sayur. Namun, versi Betawi punya keunikan tersendiri: kuahnya santan kekuningan, dengan isian labu siam, tahu, dan terkadang disajikan dengan semur daging atau jengkol.
Semur jengkol dalam tradisi Betawi dianggap sebagai “raja meja” saat Lebaran. Meski aromanya tajam, rasanya yang legit dan teksturnya yang empuk bikin kangen siapa pun yang pernah mencicipinya. Bahkan, semur ini sudah jadi ikon kuliner Betawi yang selalu hadir setiap Idulfitri.
Kue-Kue Kering Khas Betawi
Selain makanan utama, Lebaran Betawi juga identik dengan kue-kue lawas yang kini mulai langka, seperti:
- Kembang Goyang: kue renyah berbentuk bunga, digoreng dengan cetakan khusus
- Akar Kelapa: kue kering berwarna coklat dengan rasa gurih legit
- Sagon: kue dari kelapa sangrai dan tepung sagu, manis dan ringan
- Kue Semprit Betawi: mirip kue semprit biasa, tapi menggunakan aroma kayu manis dan cengkeh
Kue-kue ini biasanya dibuat sendiri secara gotong royong, bahkan dalam seminggu sebelum Lebaran, warga sudah mulai saling bantu membuat kue di rumah-rumah tetangga.
Minuman Khas: Bir Pletok dan Teh Manis Hangat
Satu lagi yang tak boleh ketinggalan: bir pletok. Meski namanya “bir”, minuman ini tidak mengandung alkohol. Dibuat dari jahe, serai, kayu manis, dan daun pandan, bir pletok adalah minuman herbal khas Betawi yang menyegarkan dan menghangatkan tubuh.
Bir pletok biasanya disajikan dingin dalam botol atau hangat dalam cangkir, dan selalu tersedia bagi siapa pun yang datang bersilaturahmi.
Lebaran Betawi dalam Bingkai Modern: Dari Kampung ke Balai Kota
Festival Tahunan Ikonik di DKI Jakarta
Sejak tahun 2001, Lebaran Betawi tidak hanya digelar secara informal di perkampungan, tetapi juga dijadikan event resmi tahunan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Event ini diadakan di berbagai titik—dari Setu Babakan, Monas, hingga Balai Kota.
Kegiatan dalam festival ini meliputi:
- Kirab budaya Betawi
- Lomba lenong dan palang pintu
- Bazaar kuliner Betawi
- Silaturahmi antar-warga dari berbagai wilayah Jakarta
Ribuan warga datang setiap tahun untuk menikmati suasana Lebaran Betawi, termasuk para pejabat, turis asing, dan tokoh masyarakat lintas budaya.
Pelestarian Identitas di Tengah Arus Modernisasi
Di tengah pesatnya urbanisasi Jakarta, tradisi Lebaran Betawi menjadi titik penting pelestarian identitas lokal. Lewat makanan, silaturahmi, dan seni budaya, warga Betawi menunjukkan bahwa budaya mereka masih hidup, dinamis, dan relevan di tengah zaman modern.
Tak sedikit generasi muda Betawi yang kini mulai sadar pentingnya menjaga tradisi ini. Banyak komunitas anak muda mulai menghidupkan kembali lenong, tanjidor, hingga membuat konten digital tentang kuliner Lebaran Betawi.
Lebaran Betawi Adalah Napas Panjang Sebuah Peradaban
Lebaran Betawi bukan sekadar perayaan tahunan. Ia adalah cermin budaya, simbol kekeluargaan, dan pengingat bahwa Jakarta punya akar sejarah yang panjang dan kaya. Dari silaturahmi tulus tanpa gadget, sampai semur jengkol yang bikin nagih, Lebaran Betawi adalah perayaan rasa, identitas, dan keberlanjutan.
- Share