Sukabumi Kembali Berduka: Banjir dan Longsor Landa Pabuaran dan Sagaranten
- Home
- Sukabumi Kembali Berduka: Banjir dan Longsor Landa Pabuaran dan Sagaranten
Sukabumi Kembali Berduka: Banjir dan Longsor Landa Pabuaran dan Sagaranten
Sukabumi – Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Sukabumi selama beberapa hari terakhir memicu bencana alam berupa Banjir dan Longsor. Dua kecamatan, Pabuaran dan Sagaranten, menjadi wilayah terdampak paling parah. Banjir merendam ratusan rumah, sementara longsor menutup akses jalan dan menghancurkan sejumlah permukiman. Bencana ini menimbulkan kerugian besar dan memaksa ratusan warga mengungsi ke tempat aman.
Kronologi Kejadian
Bencana Banjir dan Longsor ini bermula ketika hujan lebat turun tanpa henti sejak Sabtu malam (2/12/2024). Sungai Cikaso yang melintasi beberapa desa di Kecamatan Pabuaran meluap, merendam permukiman warga dan sawah di sekitarnya. Sementara itu, di Kecamatan Sagaranten, tanah longsor terjadi di sejumlah titik akibat kondisi tanah yang labil di area perbukitan.
“Curah hujan yang sangat tinggi menyebabkan tanah di kawasan perbukitan jenuh air, sehingga longsor tidak terelakkan,” ujar Kepala BPBD Sukabumi, Eka Wijaya, dalam keterangan resmi. BPBD pertama kali menerima laporan dari warga Sagaranten tentang longsor besar yang memutus akses jalan desa. Tak lama berselang, laporan banjir datang dari Pabuaran, di mana ratusan rumah terendam air hingga setinggi 1,5 meter.
Wilayah Paling Terdampak
Kecamatan Pabuaran
- Dampak Banjir:
Desa Bantargadung dan Desa Pabuaran menjadi wilayah terdampak paling parah. Lebih dari 50 rumah terendam, dengan beberapa rumah mengalami kerusakan berat. Sekolah dasar, masjid, dan fasilitas umum lainnya ikut terkena dampak.
Warga melaporkan bahwa arus air sangat deras, menghanyutkan perabotan rumah tangga dan barang berharga lainnya. Beberapa warga yang tinggal di bantaran sungai terpaksa mengungsi ke tempat lebih tinggi. - Kerugian Ekonomi:
Banjir dan Longsor ini tidak hanya menghancurkan rumah, tetapi juga menyebabkan kerugian besar bagi para petani. Ratusan hektar sawah terendam air, mengakibatkan tanaman padi yang siap panen gagal total. Diperkirakan kerugian ekonomi di sektor pertanian mencapai ratusan juta rupiah.
Kecamatan Sagaranten
- Longsor Besar:
Di Desa Mekarsari, longsor besar menutup akses jalan penghubung antar desa sepanjang 500 meter. Material longsor berupa tanah, bebatuan, dan pohon tumbang menimbun jalan, sehingga kendaraan tidak dapat melintas. Beberapa rumah di sekitar lokasi longsor juga mengalami kerusakan berat.
“Satu keluarga kehilangan tempat tinggal akibat longsor. Untungnya, mereka berhasil menyelamatkan diri sebelum longsor terjadi,” ungkap salah satu relawan. - Akses Terputus:
Tidak hanya jalan penghubung antar desa, akses menuju Kecamatan Sagaranten juga terganggu. Hal ini menyebabkan distribusi logistik ke wilayah terdampak menjadi sulit.
Penanganan Bencana
Langkah Evakuasi
Tim gabungan dari BPBD Sukabumi, TNI, Polri, dan relawan telah dikerahkan untuk mengevakuasi warga dari lokasi terdampak. Hingga Minggu malam, lebih dari 200 warga berhasil diungsikan ke tempat pengungsian yang didirikan di lokasi aman.
“Prioritas kami adalah memastikan keselamatan warga. Semua tim kami kerahkan untuk mengevakuasi warga, terutama anak-anak, lansia, dan ibu hamil,” ujar Eka Wijaya.
Pembukaan Akses Jalan
Alat berat dikerahkan untuk membersihkan material longsor di Kecamatan Sagaranten. Namun, proses ini berjalan lambat karena kondisi cuaca yang belum membaik dan medan yang sulit dijangkau. Pembersihan diperkirakan membutuhkan waktu beberapa hari.
Distribusi Logistik
Bantuan berupa makanan siap saji, air bersih, pakaian, dan selimut telah mulai didistribusikan. Namun, banyak warga di desa terpencil yang belum mendapatkan bantuan karena akses menuju lokasi masih terputus. Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi, Ridwan Maulana, menyatakan pihaknya membutuhkan tambahan logistik, terutama untuk memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Bencana Banjir dan Longsor ini tidak hanya memengaruhi kondisi fisik wilayah, tetapi juga menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan:
- Sosial:
Ratusan warga kehilangan tempat tinggal dan terpaksa tinggal di pengungsian dalam kondisi yang serba kekurangan. Trauma psikologis juga dialami oleh banyak korban, terutama anak-anak. - Ekonomi:
Selain kerugian di sektor pertanian, pedagang kecil di wilayah terdampak juga mengalami penurunan pendapatan. Banyak pasar tradisional terpaksa tutup karena akses terputus dan kondisi cuaca yang buruk.
Peringatan dari BMKG dan Mitigasi Bencana
Banjir dan Longsor Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa Banjir dan Longsor kini sangat deras masih berpotensi terjadi hingga beberapa hari ke depan. BMKG meminta masyarakat untuk tetap waspada, terutama di wilayah rawan longsor dan banjir.
BPBD mengingatkan pentingnya langkah mitigasi bencana untuk mengurangi risiko di masa mendatang. Beberapa upaya yang perlu dilakukan meliputi:
- Reboisasi di Kawasan Rawan Longsor:
Penanaman pohon untuk mencegah erosi dan meningkatkan kestabilan tanah. - Peningkatan Sistem Drainase:
Perbaikan saluran air di permukiman untuk mengurangi risiko banjir. - Pendidikan Masyarakat tentang Mitigasi Bencana:
Meningkatkan kesadaran warga untuk mengenali tanda-tanda bencana dan tindakan darurat.
Membangun Sukabumi Kembali: Dari Pemulihan hingga Ketahanan
Bencana Banjir dan Longsor ini menjadi pengingat akan pentingnya kesiap-siagaan dan ketahanan masyarakat dalam menghadapi bencana alam. Pemerintah daerah bersama warga Sukabumi diharapkan dapat bergotong royong untuk memulihkan wilayah terdampak dan memperkuat langkah pencegahan di masa depan.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menyatakan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat siap memberikan bantuan penuh untuk percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi. “Tidak hanya fokus pada pemulihan, kita juga harus membangun ketahanan agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali,” ujarnya.
Bencana Banjir dan Longsor memang tidak dapat dihindari, tetapi dampaknya dapat diminimalisasi dengan langkah-langkah yang tepat. Solidaritas dan kerja sama antara pemerintah, organisasi kemanusiaan, dan masyarakat adalah kunci untuk mewujudkan Sukabumi yang lebih tangguh.
- Share